GeKrafts Asahan Gaungkan Berbusana Melayu Rabu Malam

“Pegiat budaya Melayu Asahan menggelar talkshow bertajuk ngobrol pintar ‘bermelayu Rabu malam’ di salah satu cafe di Kisaran”

ASAHAN.TV | Asahan – Asahan punya sejarah panjang yang tak bisa dipisahkan dari budaya Melayu. Identitas itu tentunya tak boleh hilang dimakan zaman jika generasi muda tak pandai melestarikan.

Semangat itulah yang menginisiasi Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (GeKrafs) Asahan serta pegiat budaya Melayu Asahan dan yang didominasi oleh anak muda dengan menggelar talkshow bertajuk ngobrol pintar ‘bermelayu Rabu malam’ di salah satu cafe di Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara (Sumut), Rabu 3 Agustus 2022 malam.

Melayu Asahan punya kejayaan di masa lampau. Pada tahun 1630 Kesultanan Asahan berjaya di masanya. Sebagai anak muda di Asahan kita tak boleh menghilangkan identitas sejarah budaya itu, kata Alamsyah, pegiat sejarah budaya Melayu di tengah acara.

Pengenakan busana Melayu yang dikenal banyak orang seperti baju teluk belanga, kain songket, tengkuluk atau tanjak memiliki filosofi tersendiri. Pakaiannya sederhana, sopan, tertutup, longgar dan nyaman digunakan.

Sementara, tokoh muda Melayu Asahan, Awen Irawan menyebut pengenaan busana Melayu sesungguhnya memiliki derajat dan kebanggaan yang tinggi bagi pemakainya.

“Kenapa harus malu berbusana adat budaya. Di Jawa, anak-anak muda di sana terbiasa mengenakan blangkon. Kita di Asahan hendaknya begitu. Ini prinsip budaya yang harus dilestarikan,” kata Awen.

Kegiatan talk show tersebut mendapat dukungan penuh pula dari Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (GeKrafs) Asahan diketuai Didi Prasetyo. Ia menyebut Pemerintah Kabupaten telah mengeluarkan imbauan terkait penampilan kesenian Melayu hingga penggunaan busana bagi pelaku usaha hiburan, cafe.

Dalam imbauan tersebut lanjut Didi, disampaikan setiap hari Rabu malam pelaku usaha yang menggelar live musik diminta untuk menggelar nyanyian atau tarian Melayu. Sementara, bagi pelaku usaha yang tidak menggelar live musik diminta para pekerjanya memakai adat busana Melayu Asahan.

“Malam ini mungkin dimulai dari satu cafe di Kisaran. GeKrafs berupaya mendukung gerakan Bermelayu Malam Rabu agar kita tak hilang identitas. Ini juga jadi salah satu program prioritas pemerintah daerah yaitu Asahan go wisata,” kata Didi. (red)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *